Danau Toba: "Bersahabat" Dengan Wisatawan Muslim

By Leo Galuh | 23, Mar, 2021
Danau Toba:

Danau Toba. Bagi traveler pasti nama destinasi satu ini sudah tak asing lagi. Danau ini terletak di tengah pulau Sumatera bagian utara, yang memiliki panjang 100 km, lebar 30 km, serta memiliki kedalaman mencapai 505 meter. Karenanya, Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanik terbesar di dunia.

Di tengah Danau Toba terdapat sebuah pulau yang bernama Puluau Samosir. Pulau ini memiliki luas sekitar 63.000 hektar. Atau kurang lebih 640 kilometer persegi. Penduduk pulau ini mayoritas beragama Nasrani.

Para traveller muslim tidak perlu risau bila ingin melancong ke kawasan Danau Toba karena banyak fasilitas ibadah dan tempat makan halal di lokasi ini. Dimulai dari wilayah Parapat, yang merupakan “pintu gerbang” untuk masuk ke kawasan Danau Toba.

Sebelum masuk ke kawasan Danau Toba, traveler muslim bisa singgah di Masjid Raya Taqwa Parapat. Letaknya di Jalan SM Raja, nomor 2, Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Masjid yang berdiri pada tahun 1958 ini memiliki luas bangunan sekitar 324 meter persegi. Dan dibangun di atas lahan seluas 998 meter persegi.

Setelah melaksanakan sholat, traveller bisa melanjutkan perjalanan menuju Pulau Samosir. Untuk sampai ke Pulau Samosir, kita bisa melalui tiga jalur perairan, di antaranya melalui Pelabuhan Ajibata ke Pelabuhan Tomok, melalui Tigaras menuju Simanindo dan juga dari Muara menuju Nainggolan.

Yang ingin menempuh perjalanan darat, bisa ditempuh melalui jembatan yang dibangun pada masa Belanda. Pilihan perjalanan ini akan membawa Anda melalui Jalan Tele, yaitu jalur yang menghubungan Samosir dengan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Setibanya di Pulau Samosir, HalalTrip merekomendasikan tempat tempat yang “bersahabat” bagi orang Muslim. Coba kau tengok di bawah ini bah!

 

Masjid Nurul Islam

Masjid Nurul Islam berlokasi di Jalan Siti Aminah Samosir, Desa Tambun Sukkean, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir. Masjid ini merupakan masjid tertua di Pulau Samosir. Berada jauh di pelosok Tanah Batak, di Tepi Danau Toba. Uniknya, masjid ini tidak pernah mengumandangkan adzan ketika waktu sholat tiba.

Masjid ini dulu dibangun sendiri oleh tetua setempat yakni Tumbur Samosir. Lalu dikerjakan bersama dengan keluarga dan warga lainya.

Masjid Nurul Islam ini dibangun dalam jangka waktu enam bulan. Materialnya menggunakan batu cadas yang dikumpulkan dari tepian Danau Toba.

Saat ini, umat Islam di Onan Rungu jumlahnya hanya 45 kepala keluarga. Meski eksistensi umat muslim berada pada garis minoritas, namun toleransi tetap terjaga hingga tiga generasi saat ini. Mereka bebas menjalankan ibadah masing-masing. Tempat ibadah pun berdiri berdampingan.

Lokasi wisata yang dekat dari masjid Nurul Islam ini adalah Tomok, Danau Aek Natonang, Panatapan Tanjungan dan masih banyak lagi.

 

Masjid Al Hasanah

Masjid Al Hasanah berlokasi di Jl. Danau Toba, Kelurahan Pasar Pangururan, Samosir, Sumatera Utara . Masjid ini memiliki luas tanah mencapai 100 meter persegi, dengan luas bangunan mencapai 44.625 meter persegi, dan merupakan masjid terbesar di Pulau Samosir.

Berdiri di atas tanah wakaf, masjid yang dibangun pada tahun 1959 ini memiliki jamaah hanya sekitar 100 - 150 orang. Dengan jumlah muazin sebanyak empat orang.

Secara arsitektur, masjid berukuran kecil ini tidak memiliki keistimewaan. Bentuknya pada dasarnya mengambil pola masjid tradisonal Jawa. Atap bertingkat, dengan satu kubah kecil di puncaknya.

Namun yang menjadi kelebihan, di dekat masjid ini masih berdiri bangunan tua sisa-sisa peninggalan kolonial Belanda. Di antaranya pesanggrahan atau rumah dinas Bupati. Tidak hanya itu, masjid ini juga berdampingan dengan Gereja HKBP Pangururan Kota.

Pemandangan di sekitar Masjid Al Hasanah cukup memanjakan mata para wisatawan yang datang. Lokasi masjid berada persis di bibir Danau Toba. Hanya dipisahkan dengan jalan raya. Di sepanjang jalan, tumbuh pepohonan besar yang rindang.

Para wisatawan juga kerap menikmati pemandangan Danau Toba dengan deretan Bukit Barisan-nya dari sebuah shelter batu berwarna biru, usai shalat di masjid mungil ini.

Biasanya bagi wisatawan yang ingin Sholat Jumat di masjid ini, mereka bermalam di Tuktuk. Setelah sarapan, pukul 7 pagi, mereka kemudian berangkat melihat beberapa obyek wisata di Pulau Samosir, seperti Batu Siallagan, Museum Batak, dan Danau Sidihoni.

Sekitar pukul 12 barulah mereka tiba di Pangururan shalat Jumat. Biasanya, selesai shalat Jumat, para wisatawan melanjutkan perjalanan wisatanya ke Menara Tele atau berendam di pemandian air panas.

Masjid Al Hasanah didirikan oleh seorang anggota TNI Kodam Siliwangi, Jawa Barat, yang betugas di Pangururan, saat masa pemberontakan. Tentara itu kemudian mengusulkan untuk didirikannya mushola di Kota Pangururan. Akhirnya ide itu terealisasi sekitar tahun 1975.

 

Masjid Al Ikhlas

Masjid Al Ikhlas merupakan masjid terkecil yang berada di kawasan Pulau Samosir. Berdiri pada tahun 1980, masjid yang berlokasi di Desa Tuktuk Siadong ini hanya memiliki luas bangunan 36 meter persegi.

Sama seperti masjid Nurul Islam di Desa Tambun Sukkean, Masjid Al Ihklas, yang letaknya persis di belakang gedung kesenian Tuktuk ini juga tidak mengumandangkan adzan ketika masuk waktu shalat.

Maka, jika para wisatawan muslim yang akan melaksanakan shalat Jumat, hendaknya datang ke masjid sebelum pukul 12.30, agar tidak tertinggal shalat.

Masjid Al Ikhlas di Desa Tuktuk Siadong ini pertama kali didirikan oleh mantan bupati Samosir, yang memiliki Hotel Silintong di Tuktuk. Saat itu, tamu-tamu hotel Silintong yang beragama Islam, minta didirikan masjid agar mereka bisa shalat Jumat.

Menariknya, selain berwisata religi, traveler muslim yang berada di Desa Tuktuk Siadong ini juga bisa menikmati sejumlah tempat wisata yang cukup menawan.

 

Desa Tuktuk Siadong Dijuluki Kampung Turis
Desa Tuktuk Siadong Lake Danau Toba Indonesia

Kredit foto: @wonderlaketoba di Instagram

Saking banyaknya wisatawan asing yang datang, maka Desa Tuktuk Siadong dijuluki sebagai kampung turis di Sumatera Utara. Di desa ini banyak terdapat penginapan. Termasuk hotel berbintang.

Memasuki Desa Tuktuk Siadong, kita dimanjakan dengan pemandangan Bukit Beta yang begitu elok. Bukit yang ditumbuhi rumput hijau ini nampak seperti lukisan. Keindahan alam semakin lengkap saat memandangi Air Terjun Simangande.

Sejak tahun 1990, desa ini ibarat kampung Inggris. Berbagai turis mancanegara, kerap datang ke desa ini. Biasanya puncak masuknya para wisatawan asing pada saat musim semi dan salju sedang terjadi di Eropa.

Mereka akan menghabiskan waktu selama berminggu-minggu dan menjadikan Desa Tuktuk Siadong, sebagai tempat tinggal mereka sementara.

Kemudian apalagi yang bisa dilakukan para traveler di Desa Tuktuk Siadong?

Bersepeda mengelilingi desa merupakan ide yang sangat bagus. Dalam bersepeda, Anda bisa mendatangi tempat souvenir. Seperti kalung atau pun gelang yang terbuat dari kayu. Di sini, Anda bisa memesan model sesuai selera, sekaligus bisa memesan ukiran nama kita atau orang yang Anda sayangi di gelang atau kalung tersebut.

Selain itu, sebagai penggemar buku, kita juga bisa mengunjungi toko buku lokal yang ada di Desa Tuktuk. Menariknya, jika kita tidak berminat membeli buku-buku yang kita inginkan, kita bisa meminjamnya untuk dibaca di penginapan.

Selain berkeliling mengendarai sepeda, ada hal unik lain yang bisa dilakukan untuk menikmati keindahan alam Desa Tuktuk Siadong dan Danau Toba.

Adalah dengan mengikuti trip perjalanan kapal penyeberangan Parapat – Tuk Tuk – Parapat. Hal ini memang terlihat konyol, tapi Anda akan mendapatkan sensasi berbeda dalam menikmati keindahan alam. Ada banyak penginapan atau pelabuhan yang akan kamu lewati sambil menikmati pemandangan Danau Toba, sekaligus memandangi kokohnya Bukit Barisan dari atas kapal.

Terakhir, yang wajib Anda lakukan setelah berkeliling menikmati keindahan alam Desa Tuktuk Siadong dan Danau Toba adalah menyantap lezatnya ikan bakar Natinombur, yang merupakan makanan khas Batak Toba.

Rasa dari ikan Natinombur sangat enak dan sangat mengigit di lidah. Biasanya ikan yang ditombur adalah ikan Mas, ikan Mujair, ikan Nila atau pun Lele. Menariknya, ikan-ikan yang dijadikan sebagai santapan merupakan ikan segar yang diambil langsung dari Danau Toba.

Jadi, para wisatawan muslim yang berkunjung ke kawasan Danau Toba tidak perlu khawatir untuk menyantap hidangan yang disajikan di tempat ini.

Freelance journalist. Currently aggregating economic news for analytical news service dedicated to competition law and regulatory developments around the world. Former reporter of tvOne (Indonesian television news channel) and NHK (Japan Broadcasting Corporation).

Leave a comment