Lebaran sebentar lagi loh! Sudah siap belum?
Mungkin memang Hari Raya Idul Fitri dirayakan oleh mayoritas warga Indonesia, namun tahukah kamu bahwa budaya-budaya yang biasa kita rayakan memiliki sejarah yang dalam dan makna yang penting untuk diketahui? Untuk yang sudah siap dengan acara memasak makanan lebaran, membeli pakaian baru, serta mempersiapkan mudik, kita punya artikel seru nih buat kamu! Bosen kan kalau cuman mantengin arus mudik terus-terusan?
Image Credit: PxHere, CC0 Public Domain
Karbohidrat utama, sahabat opor dan berbagai makanan lebaran lainnya ini punya makna yang dalam lho. Kehadiran ketupat pertama diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga ke masyarakat Jawa, dan pada masa penyebarannya dengan cepat diadopsi oleh penduduk lokal. Terdapat pula 3 nilai filosofis dengan arti yang dalam dibalik kehadiran makanan ini, diantaranya:
Image Credit: Karsten Würth on Unsplash
Berasal dari sebuah singkatan dalam bahasa Jawa yaitu "mulih dhisik", bahasa mudik kemudian diangkat secara resmi menjadi bahasa Indonesia untuk mendeskripsikan "pulang kampung". Mudik kemudian menjadi tradisi warga Indonesia untuk "pulang dulu" dari kesibukan duniawi terutama para perantau, ke kampung halamannya dan kembali bersama keluarga tersayang.
Mudik juga merupakan tradisi yang sudah lama dikenal, namun menjadi populer setelah kemerdekaan Indonesia sebagai kampanye untuk mempererat tali silaturahmi dan kesatuan antar warga dalam nasionalisme. Dengan dipopulerkannya mudik, terjadi pula urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota yang pada akhirnya mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan warga.
Tertanda pada tahun 2020 silam dengan datangnya pandemi COVID-19, terjadilah peristiwa monumental dimana jutaan keluarga dipisahkan dikarenakan diterapkannya larangan mudik secara total oleh pemerintah — pertama kalinya dalam sejarah.
Image Credit: Razvan Dumitrasconiu on Unsplash
THR atau tunjangan hari raya adalah pendapatan non upah yang diberikan dengan tujuan untuk membantu menunjang pengeluaran tambahan yang dibutuhkan pada saat persiapan Hari Raya Idul Fitri. Muncul pada tahun 1950an untuk PNS dengan besaran Rp125, konsep tersebut kemudian diterapkan bagi semua pekerja berkewarganegaraan Indonesia demi keseimbangan ekonomi dan keadilan antar warganegara, tanpa memandang status tertentu.
Image Credit: Pam Menegakis on Unsplash
Mulai dari nastar sampai dengan putri salju, tahukah kamu bahwa kue-kue ini bukanlah kue tradisional Indonesia? Ya, kue ini sebenarnya merupakan kue yang diadaptasi dari campuran budaya Persia, Spanyol, dan negara Eropa lain. Kue-kue ini sampai di meja lebaran berdasarkan pengaruh penjajahan Belanda. "Kue" yang biasa dihidangkan saat lebaran "aslinya justru camilan-camilan ringan tradisional, seperti rengginang dan apem.
Berikut adalah beberapa fakta seru untuk mengisi waktu kamu dan mengenal lebih dalam mengenai lebaran dan budaya. Semoga ibadah dan persiapan lebaranmu lancar, dan diberikan kenyamanan serta keamanan dalam "mulih dhisik".